RUSIA - Seorang diplomat top Rusia mengatakan, Kremlin tidak akan
mempertimbangkan gencatan senjata kemanusiaan lagi untuk Aleppo di Suriah.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov hari Senin
(24/10) mengatakan, setelah gencatan senjata 72 jam lewat, pesawat tempur Rusia
dan Suriah melancarkan gelombang serangan udara baru.
Moskow dan Damaskus menekankan serangan ini ditujukan pada
jihadis, sementara pemantau dan pihak Barat mengatakan, mereka tidak
membeda-bedakan sasaran mereka dan juga menyerang warga sipil.
Ryabkov, yang berbicara kepada kantor berita Interfax,
mengatakan, "setiap gencatan senjata baru membutuhkan jaminan dari
lawan-lawan kami mengenai tindakan yang benar dari pemberontak
anti-pemerintah."
Dalam pernyataan itu, Ryabkov menuduh kelompok anti pemerintah
melakukan sabotase terhadap evakuasi medis yang dijadwalkan berlangsung selama
gencatan senjata.
Koordinator PBB terpaksa menunda evakuasi hari Jumat dari Aleppo
karena kelompok yang bertempur di sektor itu tidak mau memberi jaminan keamanan
untuk petugas medis.
Pasukan Suriah dan Rusia telah membuka delapan koridor untuk
memungkinkan evakuasi warga sipil. Namun dalam suasana kecurigaan terhadap
Suriah dan sekutunya Rusia, saksi mengatakan, hanya sedikit warga sipil atau
pemberontak yang memanfaatkan jeda itu untuk melarikan diri dari kota yang
hancur itu.
Dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia hari Senin,
Moskow sekali lagi menyerukan agar Washington menjamin pemisahan jihadis dari
apa yang disebutnya pemberontak moderat di Aleppo.
Sebanyak 300 ribu warga sipil terperangkap di Aleppo, dan hanya
ada sedikit makanan dan pasokan medis darurat. (z/voa)